Desa Cibeusi dulu terkenal dengan sebutan Negara Beling dikarenakan banyak santet dan ritual-ritual antara Desa Cibeusi dan Desa Cibitung yang tidak dapat dipisahkan. Cibeusi juga terkenal sebagai tempat pemujaan dan masih banyak masyarakat yang percaya dengan Animisme. Daerah ini juga merupakan daerah misionaris Kristen yang kental dalam misi pengkristenisasian.
Awal sejarahnya berawal pada masa jabatan Presiden Soeharto, banyak pengikut Partai Komunis Indonesia (PKI) di Desa Cibeusi ini. Lalu salah satu anak buah Presiden Soeharto yang diberikan tugas untuk membunuh pengikut PKI yaitu Letnan Lahe melakukan eksekusi di daerah Desa Cibeusi dan Desa Cibitung. Letnan Lahe adalah seorang aktivis gereja dan membawa misi untuk mengkristenisasikan Desa Cibeusi dan Desa Cibitung. Letnan Lahe akhirnya mulai menyebarkan agama Kristen kepada masyarakat di Desa Cibeusi agar selamat dan terhindar dari serangan yang diperintahkan Presiden Soeharto. Orang pertama yang menjadi pengikut Kristen bernama Sahwar, berasal dari Dusun Neglasari. Akhirnya banyak masyarakat yang mengubah agamanya menjadi Kristen karena takut dan dianggap bisa menyelamatkan diri mereka, namun masih tetap ada yang menganut agama Islam. Seiring dengan pembangunan gereja-gereja sebagai tempat beribadah umat Kristiani, ada beberapa masyarakat termasuk lurah pertama di Desa Cibeusi ini tidak menginginkan adanya gereja di Desa Cibeusi karena lurahnya mengerti tentang Islam. Akhirnya pembangunan gereja pun yang didirikan secara ilegal pun batal dan dirobohkan kembali.
Pada tahun 1965, Islam hanya sebatas pengakuan saja sedangkan penyebarannya belum luas karena terkendala dengan beberapa orang yang sudah terdogma sebagai penganut Kristiani serta tingginya kepercayaan dengan Animisme. Para penganut Kristiani ini menjadi penyuplai dari segi keuangan terbesar di Desa Cibeusi, namun karena merasa perkembangan Islam semakin meluas, penganut Kristiani pun berpindah ke Desa Cibitung dan masyarakat Desa Cibeusi seluruhnya menganut agama Islam.
Perkembangan Agama Islam
Agama Islam awalnya dibawa ke Desa Cibeusi oleh Raja Puspadiwangsa dari Kerajaan Majapahit. Beliau membawa Islam dengan cara mengkhitankan masyarakat Desa Cibeusi. Penyebaran agama Islam ini belum meluas dikarenakan masih ada masyarakat yang takut untuk menganut agama Islam. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan penyebaran agama Islam melalui alat musik yang bernama Gemiyung. Gemiyung masuk ke Desa Cibeusi sekitar tahun 1980 untuk berdakwah dan bertujuan untuk meng-Islamkan tatar sunda. Setelah Raja Puspadiwangsa wafat, penyebaran agama Islam dilanjutkan oleh Haji Anwar.
Pada tahun 1985, didirikan sekolah berbasis agama Islam Tsanawiyah yang dahulu lokasi Tsanawiyah tersebut digunakan dalam upacara Ruwatan Bumi. Para pengajarnya masih didatangkan dari luar Desa Cibeusi karena terkendala pengajar yang mengerti tentang agama Islam. Akhirnya masyarakat bekerja sama dengan Lembaga Keagamaan seperti Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama dalam penyebaran agama Islam melalui ceramah keagamaan. Masyarakat masih takut untuk mengikuti ajaran Islam sepenuhnya sehingga terkadang ada masyarakat yang tetap pergi ke gereja. Tiga tahun pertama setelah Tsanawiyah didirikan, yang paling utama diajarkan adalah membaca Al-Qur’an dan berlatih menulis ayat Al-Qur’an. Pada tahun 1990, mulai banyak pengajar di Tsanawiyah yang berasal masyarakat Desa Cibeusi.
Salah satu yayasan yang turut membantu penyebaran agama Islam di Desa Cibeusi adalah Yayasan Islam Asy-Syifa. Desa Cibeusi mendapatkan bantuan dalam pembangunan masjid dibeberapa dusun. Selain itu juga mulai dibentuk DKM yang dikelola oleh Badan Kontak Majelis dan Masjid (BKMM) yang diketuai oleh Ibu Icih.
Sekarang ini, perkembangan Islam sangat pesat. Pengajian rutin setiap minggu selalu diadakan di setiap RW atau dusunnya. Setiap sebulan sekali juga diadakan pengajian desa yang lokasinya di musyawarahkan terlebih dahulu. Biasanya pengajian ini diadakan oleh ibu-ibu namun tidak jarang pengajian untuk bapak-bapak dan remajanya. Selain itu, terdapat grup Qasidah yang biasanya ditampilkan saat acara keagamaan atau hajatan yang dikelola oleh Pak Amil.